­
­

Slowness

By salsabila azka - Oktober 12, 2018

Slowness


Untold Story
By Salsa

Entah mulai sejak kapan, semua orang seakan berlari, ke titiknya masing-masing. Sebagian terus berlari tanpa ingat beristirahat sampai akhirnya berhenti saat belum sampai ke titik itu. Sebagian yang lain terlalu menginginkan titik itu sampai mencari jalan memotong, yang seharusnya tidak dilalui. Ada pula sebagian orang yang ikut berlari karena hanya terbawa arus, padahal tidak tahu apa yang dituju. Yang jelas semua orang terus berlari, tergesa-gesa.

Aku, juga termasuk orang-orang itu. Selalu berlari, kadang ke satu titik, kadang banyak juga titik yang ingin aku tuju, bahkan kadang aku tak tahu arah, yang penting aku berlari. Sampai di satu waktu, aku berhenti. Bukan aku yang mau. Tapi semesta membuatku berhenti. Aku berada di titik antara, rumpang katanya. (Rumpang: Sela, selang waktu, berhenti sebenta) Merumpangkan satu halaman hidup. Dari sini aku jadi bisa melihat lebih jelas, tentang aku, tentang kamu, tentang kalian. 

Teman, ternyata tidak buruk juga ada disini. Aku jadi lebih mengenal aku, apa yang aku mau, apa yang aku suka, apa yang aku cita-citakan, apa yang aku bisa, apa yang ingin selalu aku lakukan, dengan siapa aku, apa yang aku butuhkan untuk bersiap siap maju lagi. Tapi kali ini aku akan mencoba lebih lambat. Bukan karena aku ingin tertinggal, tapi akan lebih baik untuk menikmati setiap fase yang terjadi. 

Menikmati bahagia karena berhasil naik KRL, menikmati lelah karena harus mendaki di Tangkuban Perahu, menikmati sedih karena putus, menikmati dingin karena harus naik motor jam 4 pagi, menikmati jajanan yang dibeli di kota tua, menikmati hal-hal kecil, merasakan semua emosi yang terjadi yang menunjukkan kalau aku masih aku, masih menjadi manusia, masih punya hati.

Di ujung jalan nanti kita akan kembali melihat ke belakang, mengingat-ingat apa yang pernah dilakukan, jalan apa saja yang kita lewati. Tapi banyak hal yang jadi terlewat, terlupakan, dan hilang begitu saja. Bukan karena kita tidak melewatinya, tapi kita terlalu fokus untuk ke depan dan tidak menikmati yang terjadi. Akhirnya yang kita dapatkan hanya hasil, yang hampa...

Berlari tidak selalu buruk, tapi yang terpenting untuk tidak kehilangan diri. Mengetahui kapan harus melambat dan berhenti sejenak. Merasakan apa yang bisa dirasakan. Berbahagia...

PS. Tulisan ini hasil obrolan dengan alv di krl dari bogor menuju ke jakarta

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar